Tujuh Tips Agar Pria Tak Lagi Ragu Menikah

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Jumlah anggota aktif di RumahTaaruf.com selama beberapa waktu terakhir menunjukkan kesenjangan yang cukup besar.  Saat artikel ini ditulis, anggota aktif pria bejumlah 140-an, sedangkan anggota aktif wanita berjumlah 580-an. Berdasarkan pengamatan di media ta’aruf lain pun kondisinya tidak jauh berbeda, jumlah anggota pria jauh lebih sedikit dibandingkan jumlah anggota wanitanya. Padahal, data dari Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa jumlah penduduk pria dan wanita di Indonesia perbandingannya dapat dikatakan seimbang. Tujuh alasan ini mungkin yang membuat pria ragu menikah dari sekian banyak alasan lainnya, saya sampaikan juga tips-tips untuk mengatasinya agar tak lagi ragu menikah.

1.    Merasa Belum Shalih

Arti kata “shalih” secara bahasa adalah “baik”. Dikaitkan dengan jodoh, jodoh kita kelak adalah cerminan diri kita. Sosok yang baik untuk yang baik pula, dan sosok yang buruk untuk yang buruk pula. Namun apakah harus menjadi seratus persen baik dan tanpa ada kekurangan untuk menikah? Tentu tidak, karena sudah fitrahnya manusia tempatnya salah dan lupa, kadar keimanannya pun bisa naik turun sewaktu-waktu. Parameter baiknya seseorang setidaknya ibadah wajibnya tidak ditinggalkan, akhlak selalu diperbaiki setiap waktu, dan kebiasaan sehari-hari pun diarahkan ke hal-hal yang positif.

Apabila merasa ragu berikhtiar dengan wanita yang terlihat “lebih shalihah”, anda bisa berikhtiar dengan wanita yang pemahaman keislamannya tergolong biasa saja. Tidak sedikit wanita yang pemahamannya masih biasa-biasa saja bahkan bisa dibilang masih kurang, namun dalam hati kecilnya ingin berubah menjadi pribadi yang lebih baik. Kelak anda bisa membimbingnya menjadi seorang istri yang lebih baik dibanding sebelumnya. Anda bersama pasangan bisa sama-sama belajar, saling mengingatkan dalam kebaikan. Insya Allah, harapan tersebut bisa terfasilitasi dengan aktif di kegiatan kajian keislaman yang ada di lingkungan sekitar.

2.    Merasa Belum Mapan

Wajar saja pria mengkhawatirkan hal yang satu ini, mengingat salah satu kewajibannya sebagai seorang suami kelak adalah menafkahi istrinya. Ada macam-macam definisi “mapan”, saya ambil salah satu pendapat yang mendefinisikan mapan adalah “terpenuhinya kebutuhan primer” yaitu sandang, pangan, dan papan. Untuk pemenuhan sandang dan pangan saya kira tidak ada masalah, namun untuk masalah papan atau tempat tinggal cukup menjadi beban pikiran bagi pria yang berpenghasilan terbatas.

Harga rumah yang kini senilai ratusan juta tentunya akan sulit dipenuhi bagi pria yang penghasilannya pas pasan. Kalaupun bisa menabung untuk membeli rumah, pastinya perlu waktu bertahun-tahun hingga terkumpul uangnya. Itupun belum jaminan saat uang terkumpul rumahnya bisa terbeli, mengingat harga rumah yang semakin meningkat setiap tahunnya.

Saran saya, sederhanakan saja konsep kemapanan ini, khususnya di sisi pemenuhan kebutuhan papan atau tempat tinggal. Memenuhi kebutuhan tempat tinggal tidak harus dengan memiliki rumah sendiri, tetapi bisa juga dengan mengontrak terlebih dulu sambil tetap berikhtiar untuk memiliki rumah sendiri. Lagipula tidak semua wanita mensyaratkan calon pasangannya harus memiliki rumah sendiri. Banyak yang bisa menerima keterbatasan penghasilan calon pasangannya sehingga tidak keberatan apabila harus hidup mengontrak terlebih dulu.

Sekilas saya lihat dari kriteria yang ditetapkan anggota ta’aruf wanita RumahTaaruf.com, perkiraan tak lebih dari 3 persen saja yang menetapkan kriteria calon pasangannya harus memiliki rumah pribadi sebelum menikah. Sedangkan 97 persen lainnya tidak keberatan untuk tinggal mengontrak apabila calon pasangannya belum memiliki rumah pribadi. Pilihan ada di tangan anda, apakah akan menabung terlebih dulu sampai bisa membeli rumah kemudian baru menikah, atau segera menikah dan mengontrak rumah terlebih dulu sambil berikhtiar untuk memiliki rumah sendiri.

3.    Minder Dengan Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan cukup menjadi pertimbangan si wanita dan orang tuanya dalam memilih calon pasangan. Mereka setidaknya menginginkan calon yang pendidikannya setara, atau lebih tinggi dari pendidikan si wanita. Apabila tuntutan calon pasangan tersebut sulit dipenuhi karena anda perlu waktu beberapa tahun ke depan untuk meraih tingkat pendidikan yang lebih tinggi sebaiknya diikhlaskan saja, proses tak perlu dipaksakan berlanjut.

Anda bisa berikhtiar dengan calon pasangan yang mau menerima tingkat pendidikan anda yang sekarang, atau ikhtiar dengan yang pendidikannya setara/lebih rendah. Anda bersama istri kelak bisa bersama-sama meningkatkan strata pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi sekiranya strata pendidikan ini dinilai cukup penting bagi masa depan anda berdua.

4.    Trauma Penolakan dan Kegagalan

Penolakan dan kegagalan dalam ikhtiar pencarian jodoh tak jarang meninggalkan bekas luka di hati yang susah hilang. Ada yang kurang hati-hati dalam proses yang dijalani sehingga terpeleset hatinya ke arah “cinta buta” yang belum saatnya ke calon pasangan. Salah satu efeknya adalah trauma saat akan berikhtiar lagi dalam pencarian calon pasangan, pikiran masih terngiang-ngiang dengan sosok yang pernah mengisi hati.

Kalau bisa menjaga hati selama proses pencarian jodoh sebenarnya mudah menyikapinya, tinggal ikhtiar dengan sosok yang lainnya apabila proses gagal atau pengajuan ta’aruf ditolak. Agar kesannya positif, jangan berpikiran bahwa anda telah “gagal mencari jodoh”, tetapi anda telah “berhasil menemukan satu penyebab kegagalan dalam mencari jodoh”. Penyebab penolakan dan kegagalan proses tersebut bisa anda jadikan bahan introspeksi proses ke depannya. Tetap berpikiran positif, bisa jadi itu merupakan petunjuk dari Allah bahwa memang bukan dia sosok jodoh terbaik yang Allah persiapkan untuk anda.

Tak perlu menghalalkan segara cara untuk menghalalkan sosok yang tidak mau dihalalkan, karena salah satu prinsip pencarian jodoh adalah mencari sosok yang “mau sama mau”. Anda mau sama dia, dan dia pun mau sama anda. Anda sreg dengan calon mertua, dan calon mertua pun sreg dengan anda. Orang tua anda cocok dengan orang tuanya, dan orang tuanya pun cocok dengan orang tua anda. Semua cocok, semua sreg, semua sama-sama mau, insya Allah pernikahan berlangsung penuh keberkahan dengan dilandasi keridhoan semua pihak.

5.    Dana Pernikahan Terbatas

Beda keluarga beda juga penyikapannya terkait dana penyelenggaraan pernikahan ini. Ada yang seluruh biaya ditanggung oleh keluarga wanita karena pihak wanita yang menjadi tuan rumah acara pernikahan, sehingga pihak pria sifatnya hanya membantu seperlunya. Ada juga yang menginginkan agar pihak pria yang menanggung seluruh biaya pernikahan. Keluarga yang lain memilih berbagi rata dalam menanggung dana penyelenggaraan pernikahan.

Dengan asumsi bahwa pihak pria yang menanggung biaya pernikahan, maka mau tak mau pihak pria perlu mempersiapkan dana pembelian mahar/mas kawin untuk diberikan ke pasangannya, serta menyiapkan dana untuk penyelenggaraan hari pernikahan. Belum lagi bila domisili kedua pihak berjauhan, maka perlu tambahan dana untuk transportasi dan akomodasi keluarga. Keterbatasan dana pernikahan inilah yang bisa membuat pria berpikir ulang untuk melangkah ke jenjang pernikahan.

Solusinya, terbukalah kepada calon pasangan dan keluarga calon pasangan dari awal proses ta’aruf, berapa dana yang bisa anda siapkan untuk pernikahan kelak. Apakah berkenan dengan perayaan pernikahan yang sederhana, ataukah harus diselenggarakan di gedung dengan biaya hingga puluhan juta rupiah yang tidak bisa anda sediakan. Sampaikan bahwa anda ingin menghemat dana untuk acara pernikahan ini, sehingga kelebihan dananya bisa digunakan untuk pasca pernikahan nanti.

Kalau sekiranya keluarga calon pasangan tetap memberatkan anda dalam pembiayaan pernikahan ini, tentunya tidak perlu dipaksakan untuk lanjut proses. Anda bisa berikhtiar dengan sosok lain yang berkenan bila pernikahan diselenggarakan secara sederhana menyesuaikan kondisi keuangan anda. Atau bisa juga dengan menyelenggarakan akad nikah dulu secara sederhana, perayaan pernikahannya beberapa bulan setelahnya hingga dana pernikahan telah terkumpul.

6.    Belum Ada Restu Orang Tua

Restu menikah dari orang tua memang tidak wajib adanya bagi seorang pria, berbeda dengan pihak wanita yang mengharuskan adanya ijin/restu dari walinya sebagai syarat sahnya sebuah pernikahan. Meskipun demikian, perlu disadari bahwa pernikahan anda kelak bukan hanya pernikahan antara anda dengan calon pasangan, tetapi juga penyatuan kedua keluarga. Yang duduk di pelaminan kelak bukan hanya anda dan calon pasangan saja, tetapi juga ada orang tua kedua pihak. Cari penyebab orang tua belum merestui anda untuk menikah. Apakah belum merestui karena menilai anda belum siap menikah, atau belum merestui menikah karena calon pasangan yang dikenalkan tidak sesuai harapan orang tua.

Apabila restu belum didapat karena faktor kesiapan diri, maka anda bisa mengikhtiarkan kesiapan pernikahan terlebih dulu sesuai harapan mereka. Persiapkanlah diri anda jauh-jauh hari dari target kesiapan anda menikah, baik itu kesiapan dari segi ilmu, mental, finansial, dan segi lainnya. Insya Allah restu menikah dari orang tua akan lebih mudah didapatkan bila anda terbiasa hidup mandiri, tanpa ketergantungan dengan bantuan orang tua.

Apabila restu belum didapat karena faktor calon pasangan yang belum sesuai keinginan orang tua, maka anda perlu mengetahui kriteria menantu seperti apa saja yang orang tua harapkan. Apakah itu dari segi usia, pendidikan, suku, domisili, karakter, dan lain-lain. Selaraskan dengan kriteria idaman calon pasangan yang anda harapkan, sehingga ada “kesepakatan kriteria” antara kedua pihak. Dengan berpedoman pada kesepakatan kriteria ini, ikhtiar pencarian jodoh bisa anda mulai. Insya Allah restu orang tua akan lebih mudah didapat apabila anda menghadirkan calon pasangan yang sesuai dengan kesepakatan kriteria tersebut.

7.    Belum Punya Calon

Solusi untuk alasan yang satu ini sebenarnya tak terlalu sulit, anda tinggal memperluas jaringan yang anda miliki. Apabila selama ini pencarian jodohnya dengan ikhtiar anda sendiri, anda bisa meminta bantuan orang tua dan saudara terdekat untuk memberikan rekomendasi calon pasangan dari kenalannya. Apabila belum ketemu, anda bisa minta bantuan tetangga dan rekan kerja untuk merekomendasikan kenalannya. Apabila belum ketemu juga, bisa berikhtiar lewat rekan komunitas dan organisasi yang anda ikuti. Dari sekian banyak jaringan tersebut semoga ada calon pasangan yang sesuai dengan kriteria yang anda harapkan.

Intinya, janganlah berputus asa dalam ikhtiar pencarian jodoh. Perbanyak doa, perbaiki diri, tingkatkan ibadah, perluas silaturahim, insya Allah jodoh yang dinanti-nanti akan hadir pada saat yang telah ditentukan-Nya. 
Semoga bermanfaat dan memberikan pencerahan.

Wallahua’lam bisshawwab.

Salam,

Maswahyu ST (Spesialis Ta’aruf)
www.RumahTaaruf.com | www.maswahyu.com
Twitter : @MaswahyuST 
Instagram : @maswahyust