Etika Dalam Menolak Taaruf


Ikhtiar taaruf tidak selalu berujung pada pernikahan. Berdasarkan pengalaman memfasilitasi taaruf, hanya sekitar 20 persen pasangan yang bertaaruf lanjut prosesnya hingga pernikahan. Sebagian besar proses tidak berlanjut, entah itu karena pihak laki-laki yang menolak, pihak perempuan yang menolak, ataupun penolakan dari orang tua. Berikut ini tiga hal yang bisa anda jadikan masukan sebelum menyampaikan penolakan taaruf.

1. Boleh menolak apabila merasa tidak cocok

Pasangan anda nanti adalah partner yang insya Allah akan mendampingi anda seumur hidup, sehingga anda perlu mencari pasangan yang cocok dan membuat anda merasa nyaman saat hidup bersamanya. Faktor agama dan akhlak yang baik sudah pasti menjadi kriteria utama anda. Namun, tidak ada salahnya apabila anda menetapkan kriteria tambahan di samping pertimbangan faktor agama tersebut, entah itu pertimbangan fisik, usia, pendidikan, pekerjaan, domisili, dan pertimbangan duniawi lainnya.

Mengesampingkan pertimbangan agama dan lebih mengutamakan faktor duniawi tentunya bukan sikap yang baik. Sebaliknya, hanya memperhatikan sisi agama saja tanpa mempedulikan sisi duniawi juga merupakan sikap yang kurang tepat. Contoh ekstrimnya seperti ini : Anda yang seorang perempuan menerima tawaran taaruf dari dua orang laki-laki yang sama-sama baik agamanya dan bagus akhlaknya, yang satu pendidikannya S1, dan yang satu lagi tidak sampai tamat TK, sosok mana yang akan anda pilih? Atau anda yang seorang laki-laki menerima tawaran taaruf dari seorang perempuan yang baik agamanya, tapi dia seorang nenek-nenek berusia 70 tahun, apakah anda mau menjadi suaminya? Mungkin saja bagi anda tidak masalah, akan tetapi keluarga anda apakah bisa menerimanya?

Dengan demikian, pertimbangan sisi duniawi tidak bisa dikesampingkan dalam pemilihan calon pasangan, selain kriteria agama yang menjadi prioritas utama. Nabi Muhammad dan beberapa sahabatnya yang tak diragukan lagi keshalihannya pun dikisahkan pernah menolak, dan pernah juga ditolak. Di waktu yang lain, Nabi Muhammad pernah menganjurkan sahabatnya yang akan menikah untuk melakukan nadzhor, yaitu melihat calon pasangan sebelum melamarnya dalam rangka menemukan hal-hal yang menarik hati sehingga semakin yakin untuk menikahinya. Oleh karena itu, apabila anda tidak menemukan kecocokan setelah bertaaruf dan bertemu dengan calon pasangan, anda boleh menolak dan memutuskan untuk tidak melanjutkan proses taaruf. 

2. Alasan penolakan tidak perlu disampaikan

Untuk menghindari perasaan sakit hati pihak yang ditolak, alasan penolakan sebaiknya tidak perlu disampaikan. Berdasarkan pengalaman memfasilitasi taaruf, sebagian besar penolakan dikarenakan sisi duniawi yang melekat pada diri seseorang, sehingga akan menyakitkan hati apabila si penolak menjelaskan alasan penolakannya. 

Alasan penolakan tersebut antara lain : paras wajah yang kurang cocok, postur tubuh yang pendek, berat badan yang berlebihan, rentang usia yang kejauhan, tingkat pendidikan yang tidak setara, pekerjaan yang kurang layak, status pernikahan sebelumnya (duda/janda), dan alasan-alasan lainnya. 

Bisa dibayangkan bila alasan-alasan tersebut disampaikan, tentunya sisi mudharatnya malah akan lebih besar dibanding sisi manfaatnya. Hubungan silaturahim pun bisa menjadi renggang karena pihak yang ditolak belum siap menerima alasan penolakan yang disampaikan. Jadi, saat menolak taaruf sampaikan intinya saja bahwa anda tidak berkenan melanjutkan proses taaruf, apapun alasannya tidak perlu disebutkan.
  
3. Memilih kalimat penolakan yang baik

Penolakan taaruf sebaiknya disampaikan dengan kalimat singkat, padat, dan jelas, yang intinya anda tidak berkenan melanjutkan proses taaruf. Tidak perlu dibumbui kalimat pujian ke si tertolak, misalnya dengan kalimat : "Mas adalah seorang yang shalih, insya Allah mas akan mendapatkan calon pasangan lain yang shalihah juga", atau "Adik adalah seorang yang shalihah, insya Allah adik akan dapat calon pasangan yang lebih baik dari saya". Hindarilah kalimat seperti itu, karena malah membuat si tertolak terbawa perasaan dan susah berpaling dari anda. 

Agar proses taaruf lebih terjaga, pengajuan taaruf dan penolakan taaruf sebaiknya disampaikan lewat pihak ketiga atau perantara, tidak disampaikan secara langsung. Pihak ketiga ini bisa dipilih dari saudara, sahabat dekat, atau rekan tepercaya lainnya. Insya Allah rasa malu saat mengajukan taaruf atau rasa kecewa saat menerima penolakan taaruf bisa diminimalkan karena difasilitasi lewat perantara pihak ketiga. Perantara taaruf bisa menyampaikan penolakan taaruf dengan kalimat seperti ini : "Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, setelah istikharah dan mempertimbangkan selama satu pekan ini, pihak laki-laki/pihak perempuan menyampaikan permintaan maafnya karena tidak bisa melanjutkan proses taaruf. Insya Allah ini yang terbaik menurut Allah SWT."

Yang terbaik menurut anda, bisa jadi bukanlah yang terbaik menurut Allah SWT. Tidak perlu memaksakan harus berjodoh dengan seseorang, karena Allah lah yang lebih tahu jodoh mana yang sesuai untuk anda. Insya Allah apabila memang anda berjodoh dengan seseorang, proses taaruf akan dijalani dengan lancar di sepanjang prosesnya, tanpa adanya tolak menolak. Semoga bermanfaat dan memberikan pencerahan.

Wallahua'lam bishshawwab.

Maswahyu ST (Spesialis Taaruf)
Admin www.RumahTaaruf.com

Mengenalkan Metode Taaruf ke Orang Tua


Istilah taaruf mulai dikenal dalam beberapa tahun terakhir ini, berbeda dengan jaman orang tua kita dulu yang hanya mengenal istilah pacaran atau perjodohan dalam ikhtiar menuju pernikahan. Minimnya pengetahuan mengenai taaruf menyebabkan banyak orang tua merasa khawatir bahkan sampai melarang saat anaknya berniat menjalani taaruf. Berikut ini tiga langkah yang bisa anda jalani untuk mengenalkan metode taaruf ke orang tua yang masih awam seputar istilah taaruf.

1. Taaruf Artinya Berkenalan

Manfaatkan waktu santai dengan keluarga, jelaskan ke orang tua bahwa makna taaruf adalah berkenalan. Berkenalan dalam artian yang luas, bisa diartikan berkenalan dengan teman biasa atau berkenalan dalam rangka mencari calon pasangan. Dalam rangka mencari calon pasangan, masyarakat terbiasa menggunakan istilah "pacaran" untuk proses berkenalan yang tidak syari, dan menggunakan istilah "taaruf" untuk proses berkenalan yang syari.

Sampaikan contoh sederhana yang membedakan antara pacaran dan taaruf, bahwa dalam menjalani taaruf perlu ada orang ketiga yang mendampingi di sepanjang prosesnya. Tidak ada jalan berduaan, makan berduaan, nonton berduaan, naik motor berduaan, naik mobil berduaan, dan aktivitas berduaan lainnya. Apabila kedua pihak perlu bertemu karena ada hal yang perlu didiskusikan secara langsung maka pertemuan bisa didampingi pihak ketiga, baik itu orang tua, saudara, atau rekan tepercaya lainnya, jadi tidak berduaan saja. Komunikasi selama masa taaruf pun perlu dijaga, tidak ada kalimat sayang-sayangan dan ungkapan mesra yang disampaikan di antara keduanya.

2. Referensi Tambahan Seputar Taaruf

Beberapa orang tua kadang merasa gengsi apabila "diceramahi" oleh anaknya, khususnya dalam hal pengetahuan agama. Dari segi usia yang jauh lebih tua, mereka merasa lebih faham segalanya dibanding si anak. Untuk mengatasi hal tersebut, pencerahan seputar taaruf bisa disampaikan oleh pihak ketiga melalu media yang digemari orang tua.

Apabila orang tua suka menonton Youtube, tunjukkan video Youtube ustadz-ustadz yang membahas tema seputar taaruf. Apabila orang tua gemar membaca, belikan buku-buku yang membahas seputar taaruf atau tunjukkan artikel-artikel di media online yang membahas seputar taaruf. Bisa juga dengan mengajak orang tua mengikuti seminar pranikah atau kajian pranikah bertema taaruf untuk menambah wawasan seputar taaruf.

3. Tahap Pelaksanaan Taaruf

Salah satu hal yang ditakutkan para orang tua dalam proses taaruf adalah adanya kesan bahwa taaruf itu seperti "membeli kucing dalam karung". Mereka beranggapan bahwa taaruf dijalani secara kilat dan langsung menikah tanpa penelusuran lebih jauh seputar calon pasangan. Anggapan ini tentu saja keliru, karena Nabi Muhammad justru menganjurkan "nadzhor" bagi sahabatnya yang akan menikah, yaitu melihat calon pasangan yang akan dinikahi/menikahi secara langsung, meneliti lebih jauh hal-hal yang bisa menambah keyakinan hati untuk tetap melanjutkan proses taaruf atau tidak. Penelusuran lebih lanjut ini tidak hanya dilakukan ke si calon pasangan saja, tetapi juga ke pihak terdekat calon pasangan yang biasa berinteraksi dengannya. Dengan demikian informasi seputar pribadi dan keseharian si calon pasangan akan lebih banyak didapat, dan bisa dijadikan pertimbangan lanjut tidaknya proses taaruf ke tahap berikutnya.

Satu minggu pertama masa taaruf bisa digunakan untuk lebih mengenal si calon lewat keluarganya, apakah itu melalui bapaknya, ibunya, kakaknya, adiknya, dan anggota keluarganya yang lain. Minggu kedua cari informasi ke tetangganya, baik itu tetangga depan rumahnya, tetangga samping kanan rumahnya, samping kiri rumahnya, ataupun ke tetangga RT sebelah yang mengenal dirinya. Minggu ketiga cari informasi ke rekan kerjanya, baik itu atasannya langsung, rekan satu divisi, bawahannya, dan rekan kerja lainnya. Minggu keempat cari informasi ke ke rekan organisasi, komunitas, atau perkumpulan yang diikutinya. Tes medis dan tes psikologis bisa juga dijalani untuk mengetahui kondisi kesehatan dan kondisi psikis kedua pihak. Untuk lebih meyakinkan hati, orang tua pun bisa mengutus "mata-mata" untuk mengawasi aktivitas harian si calon dari jarak jauh, dimulai dari saat si calon keluar rumah hingga kembali lagi ke rumahnya.

Yang perlu ditekankan, ikhtiar taaruf dengan seseorang tidak harus selalu berujung pada pernikahan. Apabila dari penelusuran di atas terdapat hal-hal yang mengganjal sehingga anda dan orang tua anda keberatan maka proses taaruf bisa dihentikan secara baik-baik, dan kedua pihak bisa ikhtiar mencari calon pasangan yang lainnya. Apabila hasil penelusuran di atas banyak hal positif yang didapat maka proses taaruf bisa dilanjutkan ke tahap yang lebih serius, yaitu taaruf antara kedua keluarga dan lamaran keluarga setelah kedua keluarga sama-sama cocok. Insya Allah bila kedua pihak memang berjodoh proses taaruf akan berjalan lancar seterusnya hingga terselenggaranya pernikahan. Semoga bermanfaat dan memberikan pencerahan.

Wallahua'lam bishshawwab.

Salam,

Maswahyu ST (Spesialis Taaruf)
Admin RumahTaaruf.com
Website : www.maswahyu.com
Twitter & Instagram : @MaswahyuST 
 

3 Tips Praktis Mengajak Taaruf : When, Where, How?

Salah satu tahapan dalam proses taaruf yang masih sulit dijalani oleh sebagian rekan adalah mengajak taaruf. Merasa grogi, malu, takut ditolak, dan segala kekhawatiran menjadi beban saat seseorang akan mengajak taaruf. Di sisi lain, ada juga rekan yang masih kebingungan karena belum bertemu sosok yang akan diajak taaruf. Berikut ini tiga tips praktis yang bisa anda jalani saat akan mengajak taaruf seseorang.

1. When : Kapan mengajaknya?

Sebelum mengajak taaruf seseorang, pastikan diri anda sudah dalam kondisi siap menikah. Siap untuk menyegerakan menikah setelah menemukan calon pasangan yang cocok, tidak perlu menunggu sekian tahun ke depan. Tidak ada kendala apapun untuk menyegerakan pernikahan, kecuali terkendala calon pasangannya saja yang belum ada.

Jadi, ikhtiar taaruf belum perlu anda jalani apabila masih ada tanggungan atau kendala yang perlu anda selesaikan. Misalnya saja perihal pekerjaan atau sumber nafkah bagi seorang laki-laki, kendala ijin menikah dari orang tua karena anda belum lulus kuliah, atau orang tua yang menginginkan agar kakak anda menikah terlebih dulu. Apabila kendala-kendala tersebut sudah diselesaikan, dan orang tua sudah membolehkan anda untuk menyegerakan menikah, maka ikhtiar taaruf bisa mulai anda jalani.

2. Where : Ke mana mencari calonnya?

Banyak rekan yang masih kebingungan ke mana harus mencari si calon pasangan, padahal di sekitarnya banyak relasi yang bisa dimintai bantuan. Di lingkungan terdekat, anda bisa meminta bantuan orang tua atau anggota keluarga yang lain, mungkin saja dari mereka ada rekomendasi kenalan yang sesuai dengan yang anda harapkan. Apabila dari mereka belum ada rekomendasi, anda bisa ikhtiar melalui beberapa sumber ini :
 a. Lingkungan tetangga
Amati tetangga sekitar rumah, kanan rumah, kiri rumah, depan rumah, belakang rumah, atau RT sebelah, mungkin saja di antaranya ada yang berniat menyegerakan menikah.
b. Lingkungan kerja
Telusuri rekan kerja yang masih sendiri, mungkin saja ada yang sedang berikhtiar mencari calon pasangan.
c. Lingkungan Organisasi/Komunitas
Cari informasi seputar teman organisasi/komunitas yang diikuti, bisa jadi kriteria calon pasangan yang diimpikannya sesuai dengan diri anda.
d. Media sosial online
Ikhtiar dengan kenalan di dunia maya bisa juga dijalani, mungkin saja ada sosok yang menarik hati di jaringan pertemanan. Hanya saja anda perlu lebih berhati-hati apabila berikhtiar lewat dunia maya ini, pastikan kenalan tersebut memang benar-benar nyata keberadaannya dan serius untuk menjalani taaruf, bukan sekedar sosok fiktif yang berniat jahat dan hanya main-main saja.

3. How : Bagaimana cara mengajaknya?

Ada dua pilihan yang bisa dijalani saat anda akan mengajak taaruf seseorang, yaitu mengajak secara langsung ataupun lewat mediator/perantara. Untuk meminimalkan rasa grogi dan malu, sebaiknya ajakan taaruf disampaikan lewat perantara, tidak disampaikan sendiri secara langsung. Ajakan taaruf pun tidak disampaikan secara frontal, langsung mengajak taaruf, tetapi diawali dengan penggalian informasi terlebih dulu seputar target yang akan diajak taaruf.

Apabila dianalogikan dalam aktivitas melamar kerja, anda tentunya tidak langsung datang ke sebuah kantor perusahaan untuk melamar kerja, tetapi melihat iklan lowongan kerjanya terlebih dulu. Kalaupun tidak ada iklan lowongan kerja yang dipasang perusahaan tersebut, anda perlu memastikannya dengan bertanya ke perusahaan tersebut, apakah membuka lowongan kerja atau tidak. Apabila perusahaan tersebut memang membuka lowongan kerja, anda perlu menanyakan posisi apa yang dicari, dan kriteria apa saja yang ditetapkan perusahaan tersebut. Dari informasi ini, barulah anda bisa memutuskan apakah akan tetap melamar di perusahaan tersebut atau berikhtiar mencari perusahaan lain karena kriteria yang ditetapkan perusahaan tersebut tidak sesuai dengan diri anda.

Metode yang sama bisa anda jalani sebelum anda memutuskan untuk mengajak taaruf seseorang, yaitu diawali dengan penggalian informasi terlebih dulu ke sosok yang akan diajak taaruf. Agar prosesnya lebih terjaga, ajakan taaruf sebaiknya disampaikan lewat perantara yang tidak lawan jenis dengan si target. Kakak laki-laki bisa menyampaikan niatan taaruf adik perempuannya ke seorang laki-laki, dan kakak perempuan bisa menyampaikan niatan taaruf adik laki-lakinya ke seorang perempuan. Bisa juga dengan meminta bantuan rekan dekat tepercaya untuk alternatif, apabila tidak ada anggota keluarga yang bisa menjadi perantara. Adapun urutan penggalian informasi ke target calon pasangan sebagai berikut :

a. Apakah si target sudah siap menikah?
b. Apakah si target sudah boleh menikah?
c. Apakah si target sudah punya calon pasangan?
d. Apa sajakah kriteria mutlak si target?
e. Apakah si target berkenan taaruf dengan anda?
(Penggalian informasi urut dari atas)

Dari penggalian informasi tersebut, beberapa kemungkinan jawabannya :

a. Si target belum siap menikah. Silakan anda cari target lainnya.
b. Si target sudah siap menikah, tetapi belum boleh menikah oleh orang tuanya. Silakan anda cari target lainnya.
c. Si target sudah siap menikah, sudah boleh menikah, tetapi sudah punya calon pasangan. Silakan anda cari target lainnya.
d. Si target sudah siap menikah, sudah boleh menikah, belum punya calon pasangan, tetapi kriteria mutlaknya tidak sesuai dengan diri anda. Silakan anda cari target lainnya.
e. Si target sudah siap menikah, sudah boleh menikah, belum punya calon pasangan, dan kriteria mutlaknya sesuai dengan diri anda. Perantara bisa menceritakan gambaran diri anda ke si target, dan sampaikan niatan anda untuk taaruf dengan si target.

Apabila anda dengan si target calon pasangan belum terlalu mengenal sebelumnya, perkenalan bisa diawali dengan pertukaran CV/biodata yang berisi gambaran diri masing-masing secara lengkap. Apabila kedua pihak sama-sama berkenan maka taaruf bisa dilanjutkan dengan penelusuran ke rekan-rekan terdekat kedua pihak sebagai sumber informasi tambahan, diawali dengan taaruf ke keluarga, kemudian ke tetangga sekitar, ke rekan kerja, ataupun ke rekan satu organisasi/komunitas. Dengan demikian informasi mengenai diri calon pasangan akan lebih lengkap, dan dapat dijadikan pertimbangan lanjut tidaknya proses ke depan. Semoga bermanfaat dan memberikan pencerahan.

Wallahua'lam bishshawwab.


Salam,

Maswahyu ST (Spesialis Taaruf)
Admin RumahTaaruf.com
Website : www.maswahyu.com
Twitter & Instagram : @MaswahyuST 
 

Telusuri 7 Informan Ini Untuk Lebih Mengenal Pasangan Taaruf

Istilah taaruf berasal dari bahasa Arab yang berarti 'mengenal' atau 'berkenalan', baik itu aktivitas berkenalan secara umum maupun dalam maksud khusus, misalnya taaruf menuju pernikahan. Aktivitas taaruf pranikah ini perlu melibatkan banyak sumber informasi untuk lebih mengenal calon pasangan, tidak seperti ‘membeli kucing dalam karung’, tidak hanya berkenalan sebentar saja dan langsung menikah tanpa penelusuran lebih jauh mengenai calon pasangan. Berikut ini 7 informan yang bisa anda telusuri untuk mengenal lebih jauh pasangan taaruf sebelum anda memutuskan untuk menikah dengannya.

1. Pasangan Taaruf

Sumber informasi pertama yang dipilih tentunya adalah si pasangan taaruf. Amati kesehariannya yang nampak oleh pandangan mata anda, selanjutnya cari sebanyak mungkin informasi seputar pribadinya. Informasi yang perlu diketahui di antaranya terkait aktivitas keagamaannya, pekerjaannya, hobinya, karakter positif negatifnya, kesehariannya, aktivitas organisasinya, rencana domisili setelah menikah, bagaimana langkah-langkahnya kelak dalam mewujudkan keluarga SAMARA, bagaimana kelak dalam mengelola keuangan keluarga, dan hal-hal visioner lainnya. Tanyakan hal-hal penting dan prinsipil yang sekiranya jawaban pasangan taaruf nanti sangat menentukan lanjut tidaknya proses ke depan. Untuk awalan, CV/biodata taaruf bisa juga dibuat sebagai sarana perkenalan awal profil pribadi, cara pandang, dan harapan kedua pihak mengenai hal-hal tertentu. Sebagai referensi contoh format CV/biodata taaruf bisa diunduh di tautan ini : www.biodata.rumahtaaruf.com.

Yang perlu diingat, ada adab-adab yang perlu dijaga dalam penggalian informasi secara langsung ke pasangan taaruf ini, di antaranya tentang adab interaksi dan komunikasi antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram. Dalam penggalian informasi ini tidak ada aktivitas berdua-duaan seperti aktivitas pacaran pada umumnya, seperti jalan berduaan, makan berduaan, boncengan motor berduaan, satu mobil berduaan, dan aktivitas berduaan lainnya. Harus ada pihak ketiga yang mendampingi selama proses taaruf dijalani untuk menghindari setan menjadi ketiganya.

Interaksi lewat media sosial dan media komunikasi jarak jauh perlu dibatasi dan dijaga sehingga tidak ada aktivitas 'bermesraan' jarak jauh sebelum kedua pihak dihalalkan dalam ikatan pernikahan. Agar proses lebih terjaga, kedua pihak bisa saling memblokir nomer handphone sehingga tidak ada kesempatan kedua pihak untuk berkomunikasi secara langsung, selanjutnya bisa dibuat grup Whatsapp atau grup media lainnya dengan melibatkan pihak ketiga dari perwakilan keluarga atau sahabat dekat tepercaya sebagai anggota grup. Hal-hal yang perlu dikomunikasikan bisa disampaikan di grup, sehingga interaksinya akan lebih terjaga karena ada pihak ketiga yang turut mengawasi percakapan di grup tersebut.

Tidak perlu berlama-lama taaruf dengan si pasangan taaruf dengan alasan ingin lebih mengenal karakternya lebih jauh, karena mungkin saja yang ditampilkan lebih dominan sikapnya yang baik-baik saja. Sebagai pelengkap, anda bisa mencari informasi tambahan ke rekan-rekan terdekat yang telah lama mengenal si pasangan taaruf dan sering berinteraksi dengannya. Prioritas pertama adalah keluarganya, kemudian tetangganya, selanjutnya rekan kerjanya, dan beberapa sumber informasi tambahan lainnya seperti uraian di bawah ini.

2. Keluarga

Keluarga pasangan taaruf adalah pihak terdekat yang mengetahui bagaimana sikap dan keseharian pasangan taaruf. Anda bisa bertanya ke bapaknya, ibunya, kakaknya, adiknya, atau anggota keluarga lain yang tentunya lebih mengenal pasangan taaruf dibanding orang lain. Tanyakan apa saja kesan positif mengenai pasangan taaruf di mata mereka dan apa saja kesan negatifnya selama tinggal bersamanya. Apabila segan dan malu bertanya langsung ke bapaknya atau ibunya, anda bisa meminta bantuan orang tua untuk penggalian lebih jauh, sekaligus sebagai ajang silaturahim kedua orang tua.


Satu waktu bisa diagendakan pertemuan antar bapak untuk lebih mengenal keduanya, titipkan pesan ke bapak anda untuk menanyakan bagaimana pesan kesan si bapak pasangan taaruf selama hidup bersama anaknya. Di waktu yang lain bisa diagendakan pertemuan antar ibu untuk lebih mengenal keduanya, titipkan pesan juga ke ibu anda untuk menanyakan bagaimana pesan kesan si ibu pasangan taaruf selama hidup bersama anaknya. Bila ada waktu luang bisa juga mengajak kakak atau adiknya bertemu di luar rumah untuk menanyakan pesan kesannya mengenai si pasangan taaruf. Sebagai catatan, bila kakak atau adiknya ini sesama laki-laki atau sesama perempuan maka tidak perlu pihak ketiga untuk mendampingi. Namun bila sebaliknya maka perlu ada pihak ketiga yang mendampingi saat pertemuan.

3. Tetangga

Sumber informasi selanjutnya adalah tetangga dari pasangan taaruf. Tetangga samping kanan rumah, kiri rumah, dan depan rumah bisa dijadikan tempat bertanya pesan kesannya ke pasangan taaruf. Apabila ada tetangganya yang berjauhan tapi termasuk sahabat dekatnya bisa ditanyakan pandangannya mengenai pasangan taaruf. Pengurus masjid setempat bisa jadi sumber informasi bagi pihak perempuan, apakah si calon pasangan laki-laki rajin shalat berjamaah di masjid atau tidak, yang bisa dijadikan salah satu pertimbangan lanjut tidaknya proses ke depan. Bisa juga ‘iseng’ bertanya ke penjaga warung di dekat rumahnya untuk menanyakan pengalaman muamalahnya, apakah pasangan taaruf ini suka berhutang tapi susah melunasi, atau selalu membayar tunai apapun yang dibelinya tanpa meninggalkan hutang sepeserpun.


4. Rekan Kerja

Sumber informasi lainnya yaitu rekan kerja dari pasangan taaruf. Rutinitas dunia kerja yang padat dengan beban kerja yang tidak ringan akan memperlihatkan sikap seseorang dalam menghadapinya. Bagaimana keseharian pasangan taaruf di dunia kerjanya bisa diketahui lewat rekan kerjanya ini, misalnya seputar kebiasaan jam masuk kerjanya, bagaimana saat mengerjakan tugas dari atasan, dan informasi lainnya seputar dunia kerjanya.


5. Rekan Organisasi/Komunitas

Sumber informasi tambahan berikutnya yaitu rekan satu organisasi atau rekan satu komunitas dari pasangan taaruf. Peran dan aktivitasnya dalam organisasi atau komunitas bisa diketahui lewat rekan organisasi ini. Misalnya terkait kepemimpinannya saat menjadi ketua divisi di suatu kepanitiaan, bagaimana tanggung jawabnya saat menjadi anggota organisasi, dan informasi lainnya seputar aktivitas di dunia organisasinya.


6. Tenaga Medis

Sumber informasi yang bisa juga dijadikan referensi tambahan yaitu dari tenaga medis. Kondisi fisik dan kesehatan pasangan taaruf bisa saja secara kasat mata terlihat normal dan tidak ada masalah, namun mungkin saja dalam dirinya ada penyakit dalam yang belum diketahuinya. Satu waktu bisa diagendakan cek medis ke dokter atau ke laboratorium klinis untuk mengetahui apakah ada masalah kesehatan dalam diri kedua pihak. Informasi hasil cek medis tersebut selanjutnya bisa dijadikan salah satu pertimbangan dalam memutuskan lanjut tidaknya proses taaruf.


7. Media Sosial

Sumber informasi terakhir yang bisa dijadikan referensi yaitu media sosial dari pasangan taaruf. Kebaikan akhlak seseorang seyogyanya akan tercermin dalam segala aspek kehidupannya, baik itu di dunia nyata maupun di dunia maya. Telusuri semua media sosial yang dimiliki pasangan taaruf apabila yang bersangkutan memang tergolong aktif di media sosial. Prinsipnya, yang terlihat baik di dunia maya belum tentu baik di dunia nyatanya, tetapi yang baik di dunia nyata seharusnya akan tecermin juga di dunia mayanya. Ditambah dengan informasi yang telah didapat dari penelusuran sumber sebelumnya, selanjutnya anda bisa istikharah dan mempertimbangkan keputusan lanjut tidaknya proses taaruf.

Di balik kelebihan seseorang pastinya ada kekurangan yang dimilikinya. Pertimbangkan secara baik-baik, apakah anda bisa menerima kelebihan dan kekurangan yang ada, ataukah ada hal-hal prinsipil yang cukup mengganjal dan tidak bisa dikompromikan. Apabila kecenderungannya positif maka proses taaruf bisa dilanjutkan ke tahap yang lebih serius, namun apabila sebaliknya maka proses taaruf bisa dihentikan dengan sebaik-baiknya, sama-sama mendoakan agar kedua pihak diberikan calon jodoh lainnya yang terbaik menurut Allah SWT. Semoga bermanfaat dan memberikan pencerahan. Wallahua'lam bishshawwab.

Salam,

Maswahyu ST (Spesialis Taaruf)
Admin RumahTaaruf.com
Website : www.maswahyu.com
Twitter & Instagram : @MaswahyuST