Mengenalkan Metode Taaruf ke Orang Tua


Istilah taaruf mulai dikenal dalam beberapa tahun terakhir ini, berbeda dengan jaman orang tua kita dulu yang hanya mengenal istilah pacaran atau perjodohan dalam ikhtiar menuju pernikahan. Minimnya pengetahuan mengenai taaruf menyebabkan banyak orang tua merasa khawatir bahkan sampai melarang saat anaknya berniat menjalani taaruf. Berikut ini tiga langkah yang bisa anda jalani untuk mengenalkan metode taaruf ke orang tua yang masih awam seputar istilah taaruf.

1. Taaruf Artinya Berkenalan

Manfaatkan waktu santai dengan keluarga, jelaskan ke orang tua bahwa makna taaruf adalah berkenalan. Berkenalan dalam artian yang luas, bisa diartikan berkenalan dengan teman biasa atau berkenalan dalam rangka mencari calon pasangan. Dalam rangka mencari calon pasangan, masyarakat terbiasa menggunakan istilah "pacaran" untuk proses berkenalan yang tidak syari, dan menggunakan istilah "taaruf" untuk proses berkenalan yang syari.

Sampaikan contoh sederhana yang membedakan antara pacaran dan taaruf, bahwa dalam menjalani taaruf perlu ada orang ketiga yang mendampingi di sepanjang prosesnya. Tidak ada jalan berduaan, makan berduaan, nonton berduaan, naik motor berduaan, naik mobil berduaan, dan aktivitas berduaan lainnya. Apabila kedua pihak perlu bertemu karena ada hal yang perlu didiskusikan secara langsung maka pertemuan bisa didampingi pihak ketiga, baik itu orang tua, saudara, atau rekan tepercaya lainnya, jadi tidak berduaan saja. Komunikasi selama masa taaruf pun perlu dijaga, tidak ada kalimat sayang-sayangan dan ungkapan mesra yang disampaikan di antara keduanya.

2. Referensi Tambahan Seputar Taaruf

Beberapa orang tua kadang merasa gengsi apabila "diceramahi" oleh anaknya, khususnya dalam hal pengetahuan agama. Dari segi usia yang jauh lebih tua, mereka merasa lebih faham segalanya dibanding si anak. Untuk mengatasi hal tersebut, pencerahan seputar taaruf bisa disampaikan oleh pihak ketiga melalu media yang digemari orang tua.

Apabila orang tua suka menonton Youtube, tunjukkan video Youtube ustadz-ustadz yang membahas tema seputar taaruf. Apabila orang tua gemar membaca, belikan buku-buku yang membahas seputar taaruf atau tunjukkan artikel-artikel di media online yang membahas seputar taaruf. Bisa juga dengan mengajak orang tua mengikuti seminar pranikah atau kajian pranikah bertema taaruf untuk menambah wawasan seputar taaruf.

3. Tahap Pelaksanaan Taaruf

Salah satu hal yang ditakutkan para orang tua dalam proses taaruf adalah adanya kesan bahwa taaruf itu seperti "membeli kucing dalam karung". Mereka beranggapan bahwa taaruf dijalani secara kilat dan langsung menikah tanpa penelusuran lebih jauh seputar calon pasangan. Anggapan ini tentu saja keliru, karena Nabi Muhammad justru menganjurkan "nadzhor" bagi sahabatnya yang akan menikah, yaitu melihat calon pasangan yang akan dinikahi/menikahi secara langsung, meneliti lebih jauh hal-hal yang bisa menambah keyakinan hati untuk tetap melanjutkan proses taaruf atau tidak. Penelusuran lebih lanjut ini tidak hanya dilakukan ke si calon pasangan saja, tetapi juga ke pihak terdekat calon pasangan yang biasa berinteraksi dengannya. Dengan demikian informasi seputar pribadi dan keseharian si calon pasangan akan lebih banyak didapat, dan bisa dijadikan pertimbangan lanjut tidaknya proses taaruf ke tahap berikutnya.

Satu minggu pertama masa taaruf bisa digunakan untuk lebih mengenal si calon lewat keluarganya, apakah itu melalui bapaknya, ibunya, kakaknya, adiknya, dan anggota keluarganya yang lain. Minggu kedua cari informasi ke tetangganya, baik itu tetangga depan rumahnya, tetangga samping kanan rumahnya, samping kiri rumahnya, ataupun ke tetangga RT sebelah yang mengenal dirinya. Minggu ketiga cari informasi ke rekan kerjanya, baik itu atasannya langsung, rekan satu divisi, bawahannya, dan rekan kerja lainnya. Minggu keempat cari informasi ke ke rekan organisasi, komunitas, atau perkumpulan yang diikutinya. Tes medis dan tes psikologis bisa juga dijalani untuk mengetahui kondisi kesehatan dan kondisi psikis kedua pihak. Untuk lebih meyakinkan hati, orang tua pun bisa mengutus "mata-mata" untuk mengawasi aktivitas harian si calon dari jarak jauh, dimulai dari saat si calon keluar rumah hingga kembali lagi ke rumahnya.

Yang perlu ditekankan, ikhtiar taaruf dengan seseorang tidak harus selalu berujung pada pernikahan. Apabila dari penelusuran di atas terdapat hal-hal yang mengganjal sehingga anda dan orang tua anda keberatan maka proses taaruf bisa dihentikan secara baik-baik, dan kedua pihak bisa ikhtiar mencari calon pasangan yang lainnya. Apabila hasil penelusuran di atas banyak hal positif yang didapat maka proses taaruf bisa dilanjutkan ke tahap yang lebih serius, yaitu taaruf antara kedua keluarga dan lamaran keluarga setelah kedua keluarga sama-sama cocok. Insya Allah bila kedua pihak memang berjodoh proses taaruf akan berjalan lancar seterusnya hingga terselenggaranya pernikahan. Semoga bermanfaat dan memberikan pencerahan.

Wallahua'lam bishshawwab.

Salam,

Maswahyu ST (Spesialis Taaruf)
Admin RumahTaaruf.com
Website : www.maswahyu.com
Twitter & Instagram : @MaswahyuST